Selasa 8 April 2025

Iklan

Kebiasaan Membaca dalam Era Distraksi

syamsul kurniawan
Saturday, February 22, 2025
Last Updated 2025-02-23T01:14:58Z
Premium By Raushan Design With Shroff Templates

 

Oleh: Syamsul Kurniawan

 

DI ZAMAN yang disebut hyperreality, di mana kita sering kali terjebak antara kenyataan dan representasi digital, kebiasaan membaca menjadi sebuah oase yang langka. Dunia di sekitar kita menawarkan simulasi yang begitu menarik, menggoda kita untuk menyelam lebih dalam ke dalam konten-konten instan yang cepat dan mudah dijangkau. Media sosial, video singkat, dan bahkan iklan yang semakin agresif mengubah cara kita berinteraksi dengan dunia, bahkan mempengaruhi cara kita belajar. Namun, di tengah semuanya itu, kebiasaan membaca menyodorkan kita sebuah peluang untuk berhenti sejenak, menarik napas, dan memasuki ruang berpikir yang lebih dalam.

 

Di dunia yang penuh dengan distraksi ini, kita sering kali lupa bahwa setiap informasi yang kita terima seharusnya tidak hanya dibaca dan diterima begitu saja. Kita harus berhenti sejenak untuk merenung dan memahami apa yang kita baca, mengkaji lebih dalam, dan menemukan keterkaitannya dengan hidup kita. Itulah esensi dari membaca: bukan hanya sekadar menyerap informasi, tetapi juga mengolahnya, memaknai setiap kata dan kalimat yang tertulis. Buku adalah ruang di mana kita bisa merenung lebih lama, menilai perspektif baru, dan melihat dunia dengan cara yang lebih mendalam.

 

Kebiasaan kecil yang terarah dan konsisten menjadi kunci di sini. Dalam Atomic Habits (2018) karya James Clear, dia menekankan bahwa perubahan besar dimulai dari langkah-langkah kecil yang dilakukan dengan konsisten. Ini adalah prinsip yang sangat relevan dalam konteks dunia yang terus berubah ini. Setiap hari kita menghadapi gangguan yang sama—dari media sosial, aplikasi game, hingga notifikasi yang datang silih berganti—semua ini berusaha menarik perhatian kita dari tujuan utama kita. Namun, justru dengan kebiasaan kecil yang terus menerus, kita bisa melawan arus distraksi ini dan menjaga fokus pada tujuan yang lebih besar.

 

Bukan hanya sekadar fokus pada tujuan akademik, tetapi juga pada pembentukan karakter yang lebih kuat. Kebiasaan membaca, meskipun terlihat sederhana, adalah sarana untuk memperkuat moral dan intelektual seseorang. Seperti yang ditekankan oleh para pemikir besar sepanjang sejarah, pembentukan karakter bukanlah sesuatu yang instan. Ia dibangun melalui pengulangan tindakan baik yang dilakukan setiap hari. Hal inilah yang juga diajarkan oleh Ibnu Khaldun, meskipun dalam konteks berbeda. Ia mengingatkan bahwa pendidikan sejati adalah pendidikan yang membentuk karakter, yang berkembang melalui kebiasaan baik yang dimulai dari hal-hal kecil dan sederhana.

 

Kebiasaan membaca, meskipun sederhana, adalah bagian dari kebiasaan baik yang lebih besar. Mengulangi bacaan atau mencatat poin-poin penting dari bacaan adalah praktik yang membantu memadukan pengetahuan dengan pemahaman yang mendalam. Dengan kebiasaan ini, kita tidak hanya memperkaya diri dengan informasi baru, tetapi juga membentuk pola pikir yang lebih kritis dan reflektif. Kebiasaan ini mengajarkan kita untuk tidak hanya menerima apa yang ada, tetapi untuk terus bertanya, terus mengkritisi, dan mencari pemahaman yang lebih dalam tentang dunia.

 

Namun, kebiasaan ini tidak datang begitu saja. Untuk menciptakan kebiasaan membaca yang berkelanjutan, kita harus mulai dengan langkah kecil. Salah satu strategi yang bisa diterapkan adalah habit stacking yang dijelaskan oleh James Clear dalam bukunya. Ini adalah teknik menghubungkan kebiasaan baru dengan kebiasaan yang sudah ada, sehingga kebiasaan baru tersebut bisa lebih mudah diterima. Misalnya, setelah membaca artikel atau modul belajar, kita bisa melanjutkan dengan beberapa menit refleksi atau menulis jurnal untuk merangkum apa yang baru saja kita pelajari. Dalam konteks ini, muhasabah atau introspeksi adalah alat yang sangat berguna untuk membantu kita merenungkan dan memperdalam pemahaman kita tentang bacaan tersebut.

 

Tidak hanya itu, teknologi modern juga bisa berperan dalam membentuk kebiasaan membaca ini. Aplikasi pengingat atau platform manajemen tugas bisa menjadi cue atau isyarat untuk memulai rutinitas membaca. Dengan bantuan teknologi, kita bisa mempermudah proses pembentukan kebiasaan, mulai dari mengingatkan kita untuk membaca beberapa halaman setiap hari hingga memantau kemajuan kita dalam membentuk kebiasaan tersebut. Namun, seperti yang diingatkan oleh para pemikir besar, teknologi harus digunakan dengan bijak, untuk mendukung, bukan menggantikan, kebiasaan baik yang kita bangun.

 

Apa Tantangannya?

 

Di dunia yang penuh distraksi digital, tantangan terbesar adalah menciptakan lingkungan yang mendukung kebiasaan baik. Salah satu konsep yang sangat relevan di sini adalah environment design, yaitu menciptakan ruang belajar yang bebas dari gangguan digital, sehingga memungkinkan kita untuk benar-benar fokus pada proses pembelajaran. Dengan menciptakan ruang yang mendukung, kita bisa meminimalkan distraksi dan membuat kebiasaan membaca menjadi lebih mudah diterapkan. Ini adalah tantangan yang kita hadapi di era hyperreality, di mana lingkungan sekitar kita penuh dengan gangguan yang bisa mengalihkan perhatian kita dari tujuan yang lebih mendalam.

 

Salah satu konsep yang penting dalam Atomic Habits adalah compound effect, yaitu efek berantai dari kebiasaan kecil yang dilakukan secara konsisten. Kebiasaan kecil yang dilakukan setiap hari akan memberikan dampak besar dalam jangka panjang. Dalam konteks kebiasaan membaca, ini berarti bahwa membaca beberapa halaman setiap hari akan memberikan dampak besar pada pengetahuan dan pemahaman kita seiring berjalannya waktu. Ini juga berlaku untuk pembentukan karakter. Setiap tindakan baik yang kita lakukan, meskipun tampak kecil, akan membentuk pola pikir dan kebiasaan yang lebih besar.

 

Namun, yang lebih penting lagi adalah bagaimana kebiasaan ini berhubungan dengan karakter. Di dunia yang semakin digital ini, di mana informasi dan representasi sering kali kabur dan menyesatkan, kebiasaan membaca adalah cara untuk mempertahankan kebenaran dan kejelasan. Ketika kita membaca, kita tidak hanya menyerap informasi, tetapi kita juga membentuk pemahaman yang lebih dalam tentang dunia dan diri kita sendiri. Membaca adalah cara untuk memperkuat dasar moral kita, agar tidak mudah terbawa oleh arus kebohongan dan manipulasi yang begitu mudah tersebar di dunia maya.

 

Di sisi lain, perkembangan positif masyarakat Indonesia dalam hal kegemaran membaca juga perlu mendapat perhatian. Laporan dari Perpustakaan Nasional Indonesia (Perpusnas RI) menunjukkan adanya peningkatan signifikan dalam tingkat kegemaran membaca masyarakat Indonesia. Nilai Indeks Pembelajaran Literasi Masyarakat (IPLM) meningkat sebesar 5,9% pada tahun 2024 dibandingkan tahun sebelumnya, sebuah pencapaian yang melampaui target yang ditetapkan. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun ada banyak distraksi digital yang mengganggu, masyarakat Indonesia, khususnya para siswa, mulai menunjukkan kesadaran pentingnya membaca dan mengejar pengetahuan dengan cara yang lebih mendalam dan berkelanjutan.

 

Keberhasilan ini tidak terlepas dari upaya sistematis dalam mengintegrasikan kebiasaan membaca ke dalam kehidupan sehari-hari, baik melalui pendidikan formal maupun kegiatan membaca mandiri. Semakin banyak siswa yang menyadari bahwa membaca bukan hanya untuk mendapatkan nilai akademik, tetapi juga untuk memperkaya diri dan memperdalam pemahaman tentang dunia. Kebiasaan ini membantu mereka mengembangkan pola pikir kritis yang diperlukan untuk menghadapi tantangan global, di mana informasi begitu melimpah, namun tidak semua informasi dapat dipercaya.

 

Kebiasaan kecil, seperti membaca beberapa halaman setiap hari atau menulis jurnal reflektif setelah pelajaran, memiliki dampak yang besar dalam membentuk karakter dan meningkatkan kualitas pembelajaran. Ini bukan hanya tentang pencapaian akademik, tetapi tentang bagaimana kebiasaan-kebiasaan tersebut membentuk pola pikir yang lebih kritis dan reflektif. Kebiasaan membaca membantu siswa untuk tidak hanya menghafal informasi, tetapi juga untuk memahami dan merenungkannya, sehingga mereka dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan nyata.

 

Dengan mengadopsi kebiasaan kecil ini, seperti yang dijelaskan dalam Atomic Habits, dan didukung oleh pemikiran tentang pendidikan moral, kita dapat membentuk individu yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga teguh secara moral. Di era hyperreality, di mana distraksi digital menjadi ancaman nyata bagi fokus dan produktivitas, kebiasaan membaca menjadi senjata yang ampuh untuk mempertahankan fokus dan integritas. Kebiasaan membaca akan memberikan dampak jangka panjang, membentuk individu yang mampu berpikir kritis, menganalisis informasi dengan bijak, dan menjaga nilai-nilai moral dalam menghadapi dunia yang semakin kompleks dan penuh dengan distraksi.

 

Pada akhirnya, pendidikan yang menggabungkan teknologi dengan kebiasaan kecil yang konsisten akan memberikan dampak yang jauh lebih besar dalam membentuk individu yang cerdas, adaptif, dan bermoral. Kebiasaan membaca yang terintegrasi dengan baik dalam rutinitas harian akan membentuk siswa yang siap menghadapi tantangan global dan berkontribusi pada masyarakat dengan pemikiran yang kritis dan integritas yang kuat.***

iklan
Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Stars Rally to Beat Predators in Winter Classic at Cotton Bowl

Trending Now