Oleh: Syamsul Kurniawan
INDONESIA adalah sebuah negeri yang
dianugerahi keberagaman luar biasa. Dari Sabang hingga Merauke, perbedaan
menjadi sebuah realitas yang membentuk karakter bangsa ini. Ribuan pulau,
ratusan bahasa, berbagai suku dan agama menyatu dalam satu atap bernama
Indonesia. Namun, keberagaman ini bukanlah jaminan terciptanya harmoni.
Sebaliknya, tanpa pengelolaan yang bijaksana, keberagaman dapat menjadi sumber
konflik yang mengancam persatuan.
Harmoni yang kita
banggakan sering kali berada di titik rapuh. Intoleransi, prasangka, dan
ketidakpahaman terhadap perbedaan terus menjadi ancaman nyata bagi keberagaman.
Dalam konteks inilah, penting untuk melihat moderasi beragama sebagai kunci
utama dalam menjaga keseimbangan di tengah keberagaman. Moderasi beragama
adalah kebutuhan mendesak, bukan sekadar pilihan opsional.
Moderasi beragama,
secara sederhana, adalah sikap adil dan bijaksana dalam memahami perbedaan
keyakinan. Ini bukan tentang menyeragamkan perbedaan, tetapi tentang menerima
keberagaman sebagai bagian tak terpisahkan dari kehidupan. Sayangnya, semangat
moderasi ini sering kali hanya menjadi wacana di tingkat elit, sementara
praktiknya belum membumi dalam masyarakat luas.
Di sinilah peran
pendidikan karakter menjadi sangat penting. Pendidikan tidak sekadar alat untuk
mentransfer pengetahuan, tetapi juga untuk membangun kesadaran dan sikap yang
mendukung moderasi beragama. Pendidikan karakter harus menjadi pondasi utama dalam
membentuk generasi yang mampu memahami dan menghormati keberagaman.
Pendidikan karakter
bukanlah konsep baru. Namun, dalam konteks Indonesia, ia harus diarahkan untuk
membangun kesadaran tentang pentingnya moderasi beragama. Pendidikan ini tidak
hanya berfungsi sebagai media untuk membentuk individu yang cerdas, tetapi juga
sebagai jalan untuk mencetak warga negara yang inklusif, toleran, dan damai. Pendidikan
karakter yang mengintegrasikan nilai-nilai moderasi beragama dapat menjadi
tembok kokoh untuk menahan arus intoleransi. Namun, proses ini tidak bisa
terjadi dalam semalam. Dibutuhkan komitmen jangka panjang dan konsistensi dalam
mengimplementasikan nilai-nilai tersebut dalam sistem pendidikan kita.
Salah satu kekuatan
pendidikan karakter adalah kemampuannya untuk menanamkan nilai-nilai luhur
secara mendalam. Melalui pendidikan, generasi muda dapat diajak untuk memahami
bahwa keberagaman adalah kekayaan, bukan ancaman. Ini adalah langkah awal yang
penting untuk mencegah potensi konflik di masa depan. Namun, tantangan terbesar
dari pendidikan karakter yang berorientasi pada moderasi beragama adalah
bagaimana membuatnya relevan dalam kehidupan sehari-hari. Di tengah derasnya
arus informasi dan globalisasi, nilai-nilai lokal sering kali terpinggirkan. Pendidikan
harus menjadi jembatan yang menghubungkan nilai-nilai moderasi dengan realitas
kehidupan modern.
Selain itu, peran
keluarga dalam mendukung pendidikan karakter tidak bisa diabaikan. Keluarga
adalah institusi pertama yang membentuk pola pikir dan sikap individu. Sinergi
antara sekolah, keluarga, dan masyarakat sangat diperlukan untuk memastikan
nilai-nilai moderasi benar-benar terinternalisasi.
Indonesia tidak bisa
mengabaikan pentingnya pendidikan karakter sebagai alat untuk membangun
kesadaran moderasi beragama. Di tengah ancaman polarisasi sosial dan maraknya
ujaran kebencian, pendidikan adalah salah satu solusi yang paling strategis
untuk memperkuat harmoni sosial. Hanya saja, pendidikan karakter sejalan dengan
kebutuhan membangun kesadaran moderasi beragama tidak akan efektif manakala tidak
didekati secara holistic tanpoa sinergisitas antara sekolah dengan keluarga
serta masyarakat. Ini berarti, tidak hanya melibatkan kurikulum yang baik,
tetapi juga membutuhkan guru-guru yang mampu menjadi teladan dalam kehidupan
sehari-hari. Guru agama bukan sekadar penyampai materi, tetapi juga pembentuk
karakter. Kesemua usaha ini, juga mendapat dukungan penuh dari keluarga siswa dan
masyarakat di sekitarnya.
Kesadaran akan
pentingnya moderasi beragama harus menjadi bagian dari budaya bangsa yang massif
di sekolah, keluarga dan masyarakat. Ini adalah tantangan besar yang hanya bisa
dijawab melalui pendekatan sistematis dan berkelanjutan. Pendidikan karakter,
dalam hal ini, menjadi titik awal yang sangat penting. Jika pendidikan karakter
dapat berfungsi dengan baik, maka moderasi beragama akan menjadi bagian yang
tidak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Target capaiannya, adalah
terciptanya masyarakat beragama yang inklusif dan harmonis di tengah
keberagaman.
Kita tidak dapat
mengandalkan solusi instan untuk mengatasi tantangan keberagaman. Moderasi
beragama adalah proses panjang yang membutuhkan kesabaran dan komitmen dari
semua pihak, atau dengan kata lain sinergisitas sekolah, keluarga dan
masyarakat. Namun, melalui pendidikan karakter, proses ini dapat dimulai dari
level yang paling dasar: individu.
Sebagai penutup, penting
untuk menegaskan kembali bahwa pendidikan karakter yang menyasar pada kebutuhan
membangun kesadaran moderasi beragama, tidak hanya relevan dalam konteks
keberagaman agama. Ia juga penting untuk membangun kesadaran kolektif bahwa
kita semua adalah bagian dari bangsa yang sama. Perbedaan bukanlah alasan untuk
saling menjauh, melainkan untuk saling melengkapi.
Pendidikan karakter
yang menanamkan moderasi beragama juga menjadi benteng melawan ekstremisme.
Ketika nilai-nilai moderasi tertanam kuat, individu akan lebih mampu menangkal
pengaruh negatif yang dapat memecah belah masyarakat. Dengan demikian, moderasi
beragama bukan hanya soal toleransi, tetapi juga soal keberlanjutan kehidupan
berbangsa. Ia adalah syarat mutlak untuk menjaga persatuan dan kesatuan di
tengah keberagaman.
Sebagaimana telah
disinggung di muka, Indonesia adalah sebuah mozaik yang indah. Namun, tanpa
moderasi beragama, keindahan ini bisa memudar. Pendidikan karakter yang
menyasar pada kesadaran moderasi beragama adalah cara untuk memastikan bahwa
mozaik ini tetap utuh, harmonis, dan menjadi warisan yang membanggakan bagi
generasi mendatang. Kita semua memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa
pendidikan karakter ini benar-benar menjadi prioritas dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara. Karena hanya dengan itu, Indonesia dapat tetap menjadi rumah
bagi keberagaman yang damai.***