Oleh: Syamsul Kurniawan
Isra' Mi'raj merupakan peristiwa penting
dalam sejarah Islam yang menggambarkan perjalanan spiritual Nabi Muhammad SAW.
Dalam rangka menyambut momen yang sakral ini, penting bagi kita untuk menelaah
makna yang terkandung di dalamnya, khususnya terkait dengan kebersamaan lintas
iman. Di tengah tantangan yang dihadapi dunia, seperti bencana alam,
nilai-nilai dari Isra' Mi'raj dapat memandu kita untuk memperkuat solidaritas
dan kerukunan antarumat beragama.
Salah satu makna mendalam dari Isra'
Mi'raj adalah lahirnya perintah salat lima waktu. Ibadah salat, di mana setiap
gerak dan bacaan merupakan inti kepatuhan kepada Allah SWT, terhimpun dalam dua
kesalehan: kesalehan individual dan kesalehan sosial. Ketika seorang Muslim
mengawali salat dengan kekuatan tauhid “Allahu Akbar”, itu menjadi wujud
komitmen ketauhidan dan kepatuhan total kepada Allah. Salat yang ditutup dengan
kalimat salam “assalaamu’alaikum wa rahmatullah” juga menggambarkan komitmen
kedamaian dan persaudaraan, menekankan pentingnya kerukunan dan ikatan
kemanusiaan di antara kita.
Kini, ketika banyak wilayah di
Indonesia, termasuk Kalimantan Barat, tengah menghadapi bencana alam yang
serius, terutama banjir, kita diingatkan bahwa bencana bukan hanya ujian bagi
orang-orang yang terdampak secara langsung, tetapi juga menjadi tantangan bagi
masyarakat luas untuk menunjukkan empati dan solidaritas. Kebersamaan dalam
menghadapi bencana seperti ini adalah manifestasi dari ajaran-ajaran yang
diperoleh dari Isra' Mi'raj. Ketika Nabi Muhammad SAW terjepit dalam kesulitan,
ia selalu menunjukkan keteguhan hati dan semangat untuk terus berjuang.
Kesetiaan ini menjadi teladan bagi kita dalam membantu mereka yang tertimpa
musibah.
Komitmen keimanan yang tumbuh dari
ibadah salat memberikan pengaruh positif terhadap interaksi kita dengan seluruh
makhluk, menebarkan harmoni kehidupan. Di sinilah pentingnya memahami bahwa
kesalehan sosial menjadi barometer kualitas ibadah salat. Salat sejatinya
memelihara diri dari perbuatan keji dan munkar. Pesan di balik perintah salat
mencerminkan hubungan yang erat antara agama dan kemanusiaan, di mana keduanya
dapat hidup berdampingan dengan harmonis. Agama hadir untuk membebaskan manusia
dari segala keburukan, kejahatan, dan kerusakan moral, bukan untuk dihadapkan
atau dipisahkan.
Kebersamaan lintas iman dalam menghadapi
bencana seperti banjir ini merupakan langkah konkret untuk menunjukkan bahwa
kita memiliki komitmen yang kuat terhadap nilai kemanusiaan. Dalam hal ini,
Isra' Mi'raj menjadi pendorong semangat bagi kita untuk saling mendukung,
terlepas dari perbedaan yang ada. Dalam konteks yang lebih luas, bencana
seperti banjir sering kali disebabkan oleh kesalahan kita dalam mengelola
lingkungan. Dengan pemahaman ini, kita seharusnya menegaskan komitmen kita
untuk menjaga lingkungan hidup, melindungi bumi sebagai tanggung jawab kita
semua.
Ketika bencana terjadi, tanggung jawab
kita tidak hanya fokus pada pembagian bantuan fisik, tetapi juga harus
menempatkan nilai-nilai kemanusiaan dan saling menghargai di atas
segala-galanya. Kegiatan lintas agama untuk memberikan bantuan kepada korban bencana
di Kalimantan Barat dapat menjadi langkah nyata dalam meneguhkan kebersamaan.
Melalui dialog dan kerjasama antarumat beragama, kita bisa membangun pendekatan
yang lebih holistik dan inklusif dalam menghadapi tantangan.
Sebagai bangsa yang dianugerahi
keragaman bahasa, budaya, hingga agama, kita patut bersyukur masih diberikan
kekuatan untuk menjaga kerukunan. Keragaman seharusnya bukan menjadi alasan
untuk terbelah, tetapi justru menjadi pendorong untuk mempertegas komitmen kita
dalam menjaga kebangsaan. Spirit dari makna “Salaam” seharusnya mendorong kita
untuk menjaga persaudaraan kebangsaan (ukhuwwah wathaniyyah) dan persaudaraan
kemanusiaan (ukhuwwah insaniyyah).
Sebagai umat beragama, sudah sepatutnya
kita mencontoh sikap Nabi Muhammad SAW yang terbuka dan inklusif, terutama
dalam menghadapi tantangan bersama. Melalui kebersamaan lintas iman, kita dapat
merespons bencana dengan lebih efektif dan menciptakan model masyarakat yang
saling menghormati. Tindakan solidaritas ini berakar dari kesadaran bahwa kita
semua adalah bagian dari satu umat manusia.
Memanfaatkan Momentum
Mari kita ingat bahwa Isra' Mi'raj bukan
hanya sekadar peringatan resmi bagi umat Islam, tetapi juga menjadi pengingat
universal akan pentingnya kebersamaan dalam menghadapi kesulitan. Penting bagi
kita untuk saling introspeksi, tidak hanya dalam segi ibadah pribadi tetapi
juga dalam hubungan kita dengan orang lain. Adakah kita sudah memberikan
bantuan kepada mereka yang terkena bencana? Dan apakah kita sudah menggunakan
momen ini untuk menciptakan suasana yang lebih harmonis?
Melalui peringatan Isra' Mi'raj,
kita bisa merenungkan apa yang sudah kita lakukan dan bagaimana kita dapat
membuat perbaikan. Membuat program-program sosial yang melibatkan berbagai
elemen masyarakat untuk bekerja sama dalam membantu korban bencana merupakan
langkah yang perlu kita lakukan. Peningkatan kerjasama antarumat beragama dalam
menghadapi bencana dapat memicu terciptanya berbagai program sosial yang tidak
hanya berfokus pada bantuan langsung, tetapi juga pada pendidikan dan
peningkatan kesadaran akan pentingnya kebersamaan lintas iman.
Sebagai penutup, mari kita wujudkan
kebersamaan ini sebagai tindakan nyata dalam mendukung mereka yang membutuhkan.
Dengan memahami hikmah dari Isra' Mi'raj dan menerapkannya dalam kehidupan
sehari-hari, kita bisa menjadikan peristiwa tersebut sebagai sumber kekuatan
dalam memperjuangkan keadilan dan kebaikan bagi semua. Kesadaran bahwa kita
saling terhubung dalam satu ikatan kemanusiaan mesti terus diperkuat, sehingga
kita dapat menciptakan lingkungan yang aman, damai, dan sejahtera bagi semua.***