Iklan

Di Bawah Langit Moderasi; Pesantren dan Madrasah Menjadi Cahaya

syamsul kurniawan
Thursday, January 16, 2025
Last Updated 2025-01-17T07:14:36Z
Premium By Raushan Design With Shroff Templates

 Oleh: Syamsul Kurniawan


Indonesia adalah negeri yang dibentuk oleh keberagaman. Di dalamnya, banyak suara bergaung dalam beragam bahasa dan agama, menciptakan sebuah simfoni kehidupan yang kaya namun penuh tantangan. Dalam dinamika sosial yang terus berkembang, penting bagi kita untuk menyadari bahwa keberagaman ini, jika tidak dikelola dengan baik, dapat dengan mudah berubah menjadi jurang perpecahan. Di tengah krisis identitas dan kebingungan ideologi yang melanda, pendidikan Islam—terutama yang dikembangkan melalui pesantren dan madrasah—menjadi tempat yang harus kita andalkan untuk membangun kembali kerukunan dan pemahaman yang lebih moderat.


Pesantren dan madrasah, yang sejak lama menjadi penjaga tradisi pendidikan Islam di Indonesia, memiliki potensi besar untuk berkontribusi dalam menjaga keseimbangan sosial dan mencegah berkembangnya radikalisasi yang bisa mengancam kedamaian bangsa. Namun, dalam menjalankan tugas mulianya, kedua lembaga ini tak cukup hanya menjaga warisan ajaran agama yang sudah ada. Mereka juga harus mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman, terutama dalam menyemai nilai-nilai moderasi beragama yang mampu menghargai keberagaman tanpa mengorbankan prinsip keagamaan.


Sebagai lembaga pendidikan Islam yang paling dekat dengan akar tradisi, pesantren dan madrasah harus mampu menjadi pilar utama dalam membangun masyarakat yang inklusif dan toleran. Pendidikan yang ditawarkan tidak hanya berfungsi untuk mentransfer ilmu agama semata, tetapi juga harus membentuk karakter peserta didik yang mampu hidup dalam harmoni dengan perbedaan. Pemahaman ini, jika ditekankan dalam kurikulum dan dalam praktik kehidupan sehari-hari, akan membentuk individu yang tidak hanya mengerti tentang agama secara doktrinal, tetapi juga memahami peranannya dalam masyarakat yang majemuk.


Harus Lebih Dari Sekadar Teori


Namun, pendidikan Islam yang moderat di pesantren dan madrasah ini harus lebih dari sekadar ajaran teori. Moderasi beragama, yang sejatinya adalah keseimbangan antara kepatuhan terhadap ajaran agama dan penghargaan terhadap hak-hak orang lain, harus menjadi bagian dari pengalaman hidup sehari-hari di pesantren dan madrasah. Di pesantren dan madrasah, para santri diajarkan untuk mengenal, memahami, dan mengamalkan ajaran agama dengan cara yang tidak terjebak dalam kekakuan, tetapi yang justru dapat menjembatani hubungan yang lebih damai dengan sesama. Hal inilah yang menjadi tantangan besar bagi dunia pesantren: bagaimana menghadirkan agama yang moderat dan inklusif dalam kehidupan sosial yang penuh dengan berbagai ideologi yang saling berbenturan.


Pesantren dan madrasah bukan sekadar lembaga pendidikan, tetapi juga merupakan wadah pembentukan karakter dan pemikiran yang lebih dalam. Di dalamnya, para santri diajarkan untuk tidak hanya mematuhi hukum-hukum agama, tetapi juga untuk meresapi hikmah yang terkandung di dalamnya. Pesantren dan madrasah memiliki kekuatan untuk menumbuhkan pemikiran kritis dan reflektif, yang sangat penting dalam membentuk individu yang tidak terjebak dalam paham ekstrem yang berbahaya. Oleh karena itu, pendidikan di pesantren dan madrasah harus berfokus pada pengembangan akhlak yang moderat—yaitu akhlak yang menghargai perbedaan, tidak menganggap diri lebih baik daripada yang lain, dan yang tidak mudah terprovokasi oleh isu-isu yang mengarah pada radikalisasi.


Pendidikan moderasi beragama, yang dapat ditemukan dalam banyak pesantren dan madrasah, berusaha membangun narasi baru tentang agama yang mengutamakan kedamaian, penghormatan terhadap hak asasi manusia, dan toleransi. Moderasi beragama di sini bukanlah penurunan intensitas keyakinan, tetapi cara untuk menyelaraskan ajaran agama dengan nilai-nilai universal yang mengutamakan perdamaian dan saling menghormati. Dalam konteks Indonesia yang beragam, moderasi ini menjadi cara untuk menghidupkan semangat kebersamaan di tengah perbedaan yang tajam.


Namun, untuk mencapainya, pendidikan Islam di pesantren dan madrasah harus memperhatikan beberapa aspek penting. Pertama, pesantren harus mampu menyiapkan kurikulum yang tidak hanya menekankan pada pengajaran agama, tetapi juga mengajarkan nilai-nilai sosial yang membangun. Kurikulum ini harus mencakup pelajaran tentang toleransi, tentang pentingnya menghargai perbedaan, serta tentang bagaimana menghadapi tantangan zaman dengan kepala dingin dan hati yang lapang. Kurikulum yang demikian akan menghasilkan santri pesantren dan siswa madrasah yang tidak hanya alim dalam agama, tetapi juga cerdas dalam kehidupan sosial.


Kedua, perlu ada upaya untuk mengembangkan dialog antaragama yang lebih intens di pesantren dan madrasah. Ini bukan berarti memaksakan pemahaman agama yang satu kepada agama yang lain, tetapi menciptakan ruang yang memungkinkan para santri dan siswa untuk memahami agama lain dengan penuh rasa hormat. Dialog ini bisa menjadi sarana untuk menghapus prasangka dan memperkenalkan cara-cara baru dalam melihat agama, bahwa agama adalah jalan yang membawa kepada kedamaian, bukan perpecahan.


Ketiga, pesantren dan madrasah harus menanamkan dalam diri santri dan siswanya bahwa ekstremisme dalam bentuk apapun adalah sebuah ancaman bagi kebersamaan dan kedamaian. Pesantren dan madrasah, yang sering menjadi tempat pertama di mana individu mengenal agama secara lebih mendalam, memiliki tanggung jawab besar untuk melawan pemahaman yang sempit dan eksklusif tentang agama. Pendidikan yang berbasis pada moderasi beragama akan menciptakan generasi yang tidak terjebak dalam klaim-klaim keagamaan yang bersifat mutlak, melainkan generasi yang lebih terbuka dan lebih mampu beradaptasi dengan dunia yang semakin plural.


Keempat, pesantren dan madrasah harus menggali potensi besar yang dimiliki oleh sistem pembelajaran mereka, yang berbasis pada keterlibatan langsung dan kehidupan sehari-hari. Proses belajar di pesantren sering kali lebih bersifat holistik, yang tidak hanya berfokus pada pengajaran kitab-kitab agama, tetapi juga pada kehidupan sehari-hari. Di pesantren, para santri hidup bersama dalam sebuah komunitas yang saling mendukung, yang memungkinkan mereka untuk mengamalkan nilai-nilai agama secara langsung. Meski tidak seintens pesantren belajar agama, madrasah jangan juga terjebak pada kecenderungan yang sama; yang hanya fokus pada penguatan keilmuan agama dan mengabaikan keilmuan lain. Ini adalah kekuatan besar yang dapat dimanfaatkan untuk mengajarkan nilai moderasi, bahwa agama yang baik adalah agama yang mampu memberikan kedamaian dan kesejahteraan bagi umat manusia.


Di sinilah letak pentingnya pesantren dan madrasah dalam upaya deradikalisasi agama. Dengan memberikan pendidikan yang berbasis pada moderasi beragama, pesantren dapat menjadi benteng pertama dalam menghadapi ancaman radikalisasi. Deradikalisasi agama, yang tidak hanya melawan paham-paham ekstrem, tetapi juga mengajarkan umat untuk hidup dengan cara yang lebih damai, harus dimulai dari sini—dari lembaga pendidikan Islam yang memiliki akar yang kuat dalam tradisi dan nilai-nilai lokal. Pesantren dan madrasah bisa menjadi model pendidikan Islam yang tidak hanya membentuk individu yang tahu agama, tetapi juga individu yang tahu cara hidup bersama dalam keberagaman.


Peran pesantren dan madrasah dalam moderasi beragama ini akan semakin penting seiring dengan tantangan zaman yang terus berubah. Di tengah arus globalisasi yang sering kali membawa pemahaman yang terfragmentasi dan ekstrem, pesantren dan madrasah harus tetap menjadi oase yang menyejukkan, tempat di mana agama dapat dipahami dengan penuh keseimbangan. Sebagai lembaga yang menanamkan nilai-nilai luhur, pesantren dan madrasah harus mampu mengarahkan santri untuk tidak hanya memahami teks agama, tetapi juga untuk menerapkannya dalam kehidupan yang penuh dengan tantangan.


Pendidikan Islam yang moderat yang dikembangkan di pesantren dan madrasah akan menjadi sumber kekuatan bagi masyarakat Indonesia yang terus berkembang. Melalui pesantren dan madrasah, kita dapat mengajarkan generasi muda bahwa agama adalah sumber kedamaian, bukan kekerasan. Moderasi dalam beragama adalah kunci untuk menjaga harmoni dalam masyarakat yang beragam, dan pesantren atau madrasah adalah tempat terbaik untuk menanamkan nilai-nilai tersebut.


Di bawah langit moderasi, pesantren dan madrasah akan terus berkembang. Mereka akan tetap menjadi mercusuar yang menerangi jalan menuju perdamaian, yang memberikan arah bagi umat yang mencari kebenaran dan kedamaian. Dalam perjalanan panjang menuju kedamaian sosial, pesantren dan madrasah tetap menjadi tempat yang paling berharga untuk mendidik umat agar hidup berdampingan dalam kebhinekaan, dalam harmoni, dan dalam semangat moderasi beragama yang akan terus tumbuh subur di Indonesia.***

iklan
Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Stars Rally to Beat Predators in Winter Classic at Cotton Bowl

Trending Now