Iklan

Pentingnya Belajar Agama Islam Berselaras dengan Kebutuhan Zaman

syamsul kurniawan
Thursday, December 26, 2024
Last Updated 2024-12-26T11:10:16Z
Premium By Raushan Design With Shroff Templates


 Oleh: Syamsul Kurniawan


“Pada suatu hari, kami (para sahabat) sedang duduk di dekat Rasulullah . Tiba-tiba, datanglah seorang pria berpakaian putih bersih dan berambut sangat hitam. Tidak tampak tanda-tanda bahwa ia baru saja melakukan perjalanan, dan tidak ada satu pun di antara kami yang mengenalnya. Dia duduk di depan Nabi, menyandarkan lututnya pada lutut Nabi dan meletakkan kedua tangannya di atas paha Nabi. Lalu ia berkata, "Wahai Muhammad, jelaskan kepadaku tentang Islam." Rasulullah menjawab, "Islam adalah bahwa kamu bersaksi bahwa tiada sesembahan yang benar selain Allah, dan bahwa Muhammad adalah Rasul-Nya; mendirikan shalat; menunaikan zakat; berpuasa di bulan Ramadhan; dan menunaikan haji ke Baitullah jika mampu." Pria itu berkata, "Engkau benar." Kami pun heran, karena dia yang bertanya namun juga membenarkan jawaban Nabi. Lalu ia bertanya lagi, "Jelaskan kepadaku tentang iman." Nabi menjawab, "Iman adalah kamu beriman kepada Allah; malaikat-Nya; kitab-kitab-Nya; rasul-rasul-Nya; hari akhir; dan kepada takdir baik maupun buruk dari Allah." Dia berkata, "Engkau benar." Dia bertanya lagi, "Beritahukan kepadaku tentang ihsan." Nabi menjawab, "Beribadahlah kepada Allah seolah-olah engkau melihat-Nya. Jika engkau tidak dapat melihat-Nya, ketahuilah bahwa Dia melihatmu." Pria itu bertanya lagi, "Kapan Kiamat terjadi?" Nabi menjawab, "Yang ditanya tidak lebih tahu dari yang bertanya." Lalu ia bertanya, "Beritahukan tanda-tandanya." Nabi menjawab, "Jika seorang budak melahirkan tuannya, dan engkau melihat orang-orang miskin yang dulu penggembala berlomba-lomba membangun gedung-gedung tinggi." Kemudian pria itu pergi. Aku terdiam sampai Rasulullah bertanya, "Wahai Umar, tahukah engkau siapa yang bertanya tadi?" Aku menjawab, "Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui." Beliau berkata, "Dia adalah Jibril yang datang mengajarkan kalian tentang agama kalian." (HR. Muslim no.8).”


Dalam salah satu hadis yang sangat terkenal di atas, sering disebut Hadis Jibril, Nabi Muhammad SAW mengajarkan tiga pokok ajaran agama yang fundamental, yaitu Islam, Iman, dan Ihsan. Hadis ini memberikan landasan yang sangat jelas tentang bagaimana ajaran agama seharusnya dipahami dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Jibril, yang datang menyamar sebagai seorang pria, bertanya dengan sangat terperinci kepada Rasulullah SAW tentang inti dari agama Islam. Jawaban Nabi Muhammad menunjukkan tiga pilar utama yang perlu diperhatikan dalam perjalanan spiritual umat Islam: pengakuan terhadap keesaan Allah dan Muhammad sebagai utusan-Nya (Islam), keyakinan terhadap hal-hal ghaib (Iman), dan kualitas ibadah yang sempurna (Ihsan).


Namun, dalam dunia yang terus berubah ini, penting bagi umat Islam untuk memahami bahwa ajaran-ajaran tersebut tidak hanya berlaku di masa lalu, tetapi juga harus bersinergi dengan kebutuhan zaman yang terus berkembang. Dalam konteks ini, saya akan mencoba untuk menginterpretasinya dengan prinsip-prinsip yang diuraikan dalam buku Atomic Habits oleh James Clear. Sebagaimana dimafhumi, buku ini menekankan pada pentingnya kebiasaan-kebiasaan kecil yang dilakukan secara konsisten, yang pada akhirnya menghasilkan perubahan besar. Hal ini sangat relevan dengan cara kita mempraktikkan agama dalam kehidupan sehari-hari, karena perubahan besar dalam spiritualitas juga dimulai dari kebiasaan-kebiasaan kecil yang terarah.


Islam, Iman, dan Ihsan dalam Konteks Zaman Modern


Islam, sebagai agama yang berlandaskan pada lima rukun utama, memberikan pedoman yang jelas tentang bagaimana umat Muslim harus berperilaku. Namun, penting untuk melihat rukun-rukun ini dalam konteks yang lebih luas, tidak hanya sebagai ritual, tetapi sebagai cara hidup yang relevan dengan tantangan zaman. Misalnya, shalat yang diwajibkan lima kali sehari bukan hanya sebagai kewajiban spiritual, tetapi juga sebagai upaya untuk menjaga kedisiplinan diri di tengah kehidupan yang penuh tekanan. Di sinilah prinsip dalam Atomic Habits yang menekankan pentingnya kebiasaan kecil yang konsisten menjadi sangat relevan. Melakukan shalat dengan khusyuk setiap hari adalah kebiasaan yang membentuk spiritualitas seorang Muslim, yang pada gilirannya memperkuat mental dan moral dalam menghadapi tantangan kehidupan modern.


Iman, yang mencakup keyakinan terhadap Allah, malaikat, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir, dan takdir, memberikan panduan yang kokoh di tengah dunia yang serba berubah dan penuh ketidakpastian. Iman kepada takdir mengajarkan umat Islam untuk menerima segala bentuk ketidakpastian dengan ketenangan dan keyakinan bahwa semua yang terjadi adalah bagian dari kehendak Allah. Di sini, prinsip dalam Atomic Habits yang menekankan pada pembentukan identitas juga sangat relevan. Seorang Muslim yang beriman tidak hanya melihat takdir sebagai serangkaian peristiwa yang terjadi tanpa tujuan, tetapi sebagai bagian dari proses untuk membentuk identitas spiritual yang kuat. Setiap kebiasaan yang dilakukan dengan penuh keyakinan pada takdir akan semakin memperkuat identitas tersebut.


Ihsan, yang dalam hadis tersebut dijelaskan sebagai beribadah kepada Allah seolah-olah kita melihat-Nya, adalah puncak dari kualitas spiritual seorang Muslim. Konsep ini mengajarkan kita untuk selalu melakukan yang terbaik dalam segala hal, tidak hanya karena dilihat oleh orang lain, tetapi karena kita tahu bahwa Allah selalu mengawasi kita. Dalam dunia yang serba digital dan transparan ini, nilai ihsan semakin relevan, karena kita hidup dalam masyarakat yang sering kali memperhatikan penampilan luar. Namun, ihsan mengajarkan kita untuk menjaga kualitas diri dan integritas meskipun tidak ada yang mengawasi kita. Prinsip dalam Atomic Habits yang menyarankan untuk memulai dengan kebiasaan kecil yang konsisten sangat berguna dalam hal ini. Ibadah yang dilakukan dengan penuh kesadaran dan kualitas yang tinggi akan membentuk karakter seseorang secara berkelanjutan, seperti yang dijelaskan oleh Clear tentang pentingnya lingkungan yang mendukung pembentukan kebiasaan.


Membangun Sistem Pembelajaran Agama yang Berkelanjutan


James Clear dalam Atomic Habits mengajarkan kita untuk fokus pada sistem, bukan hanya tujuan. Begitu juga dalam pembelajaran agama Islam, kita perlu membangun sistem yang mendukung kebiasaan baik yang konsisten. Tidak cukup hanya memiliki tujuan untuk menjadi Muslim yang baik, tetapi kita harus menciptakan sistem yang memungkinkan kita untuk terus belajar dan berkembang. Misalnya, sistem pembelajaran agama yang berbasis pada kebiasaan kecil yang dilakukan setiap hari—seperti membaca satu halaman Al-Quran, berdzikir setelah shalat, atau melakukan kebaikan kecil kepada orang lain—akan membentuk pemahaman yang mendalam tentang ajaran agama Islam.


Pendidikan agama yang relevan dengan kebutuhan zaman juga harus memperhatikan perkembangan teknologi. Saat ini, kita memiliki berbagai aplikasi dan platform digital yang dapat membantu umat Islam untuk memperdalam pemahaman agama. Seperti yang disarankan oleh Clear, lingkungan yang mendukung dapat membentuk kebiasaan yang baik. Teknologi dapat menjadi bagian dari sistem pembelajaran agama yang efektif, yang membantu umat Islam untuk tetap konsisten dalam beribadah dan belajar, meskipun dalam kehidupan yang sangat sibuk dan penuh distraksi.


Ijtihad dan Adaptasi Terhadap Perubahan Zaman


Salah satu tantangan terbesar dalam menghadapi zaman modern adalah bagaimana kita dapat mengadaptasi ajaran agama yang sangat tua ini dengan perkembangan zaman tanpa mengorbankan nilai-nilai dasarnya. Di sinilah pentingnya ijtihad—upaya intelektual untuk memahami dan mengaplikasikan ajaran agama dalam konteks zaman yang berubah. Seperti yang diajarkan dalam Atomic Habits, perubahan besar dimulai dari kebiasaan kecil yang konsisten. Proses ijtihad ini juga memerlukan ketekunan dan kesabaran, seperti halnya membangun kebiasaan baru dalam hidup. Melalui ijtihad, kita dapat menemukan cara-cara baru untuk menerapkan ajaran agama Islam, baik dalam bidang teknologi, sosial, maupun ekonomi, yang tetap relevan dengan tantangan zaman.


Belajar agama Islam yang berselaras dengan kebutuhan zaman adalah sebuah proses yang tidak hanya bergantung pada hafalan dan ritual, tetapi juga pada kebiasaan kecil yang terstruktur dan berkelanjutan. Prinsip-prinsip dalam Atomic Habits memberikan panduan yang sangat relevan dalam membentuk kebiasaan-kebiasaan baik dalam kehidupan seorang Muslim. Dengan memulai dari kebiasaan-kebiasaan kecil seperti shalat tepat waktu, membaca Al-Quran, dan berbuat baik kepada sesama, seorang Muslim dapat membangun karakter dan spiritualitas yang kuat, yang akan membentuk identitasnya sebagai khalifah di muka bumi.


Pendidikan agama Islam yang relevan dengan kebutuhan zaman membutuhkan pendekatan yang lebih kontekstual, yang mengintegrasikan ajaran agama dengan perkembangan teknologi dan tantangan sosial. Dalam dunia yang terus berubah, ijtihad dan adaptasi terhadap perubahan adalah kunci untuk menjaga agar ajaran agama tetap hidup dan berfungsi dengan baik. Dengan demikian, kita tidak hanya menjadi individu yang lebih baik, tetapi juga masyarakat yang lebih maju, yang mampu menjawab tantangan zaman dengan penuh kesadaran dan kebijaksanaan.


Seperti yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW dalam Hadis Jibril, Islam, Iman, dan Ihsan adalah pilar-pilar utama yang harus menjadi pedoman dalam perjalanan hidup kita. Dengan memahami dan mengamalkan ajaran agama dengan cara yang relevan dengan zaman, kita dapat terus berkembang menjadi individu yang bermanfaat, baik bagi diri sendiri maupun bagi umat manusia.***

iklan
Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Stars Rally to Beat Predators in Winter Classic at Cotton Bowl

Trending Now