Iklan

Pancasila Bagi Santri

syamsul kurniawan
Friday, December 6, 2024
Last Updated 2024-12-09T03:14:47Z
Premium By Raushan Design With Shroff Templates

Ilustrasi (Sumber: https://nasional.sindonews.com/berita/1346185/18/hari-santri-dan-cita-cita-kemerdekaan)


Oleh: Syamsul Kurniawan

 

Pancasila, sebagai ideologi bangsa, menjadi landasan yang membimbing kita. Di tengah transisi dari pemerintahan Presiden Joko Widodo menuju Presiden Prabowo Subianto, penting bagi kita untuk menyadari bahwa kesinambungan perjuangan ini harus didasarkan pada nilai-nilai Pancasila, yang tidak hanya relevan, tetapi juga menyatu dengan agama yang dianut. Kesadaran ini selayaknya kita bangun, demikian pula relevan bagi para santri.

 

Sila pertama Pancasila, “Ketuhanan Yang Maha Esa”, adalah landasan spiritual yang menjadi dasar bagi perjalanan bangsa ini. Santri, dengan modal spiritual mereka, memiliki pemahaman mendalam tentang pentingnya menghormati Tuhan sebagai pusat kehidupan. Bung Karno menyebut sila ini sebagai “bintang pembimbing” yang akan menuntun bangsa Indonesia menuju kebaikan dan kebajikan. Di masa transisi pemerintahan ini, santri memiliki peran penting dalam menjaga agar nilai-nilai ketuhanan tetap menjadi fondasi moral bangsa. Ketuhanan yang Maha Esa tidak hanya sekadar semboyan, tetapi merupakan dasar moral yang memandu setiap kebijakan dan tindakan, baik oleh pemerintah maupun masyarakat.

 

Sila kedua, “Kemanusiaan yang Adil dan Beradab”, menegaskan pentingnya menghormati martabat manusia, apapun latar belakangnya. Santri, dengan modal intelektual yang mereka miliki, memahami bahwa agama mengajarkan penghormatan terhadap sesama manusia. Ini sejalan dengan ajaran Islam yang menekankan pentingnya keadilan dan kemanusiaan. Dalam konteks transisi pemerintahan, santri dapat menjadi penjaga nilai-nilai ini dengan memastikan bahwa setiap tindakan dan kebijakan yang diambil oleh pemimpin baru tetap menghormati hak-hak asasi manusia. Sebab, kemanusiaan yang adil dan beradab adalah inti dari praktik sosial yang sehat dan berkeadilan.

 

Sila ketiga, “Persatuan Indonesia”, adalah kekhasan Pancasila yang menjadi penyeimbang antara nasionalisme dan internasionalisme. Santri, yang tumbuh dalam lingkungan pesantren yang menghargai keberagaman, memiliki peran penting dalam menjaga persatuan bangsa. Bung Karno pernah mengatakan bahwa internasionalisme hanya bisa tumbuh subur jika berakar pada nasionalisme yang kuat. Persatuan ini tidak boleh pudar di tengah arus globalisasi, apalagi di masa transisi pemerintahan. Santri harus terus menjadi pilar persatuan bangsa, memastikan bahwa Indonesia tetap satu, meskipun beragam.

 

Sila keempat, “Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan”, mengajarkan kita tentang pentingnya demokrasi yang berbasis pada musyawarah dan kebijaksanaan. Santri, dengan tradisi mereka yang menjunjung tinggi dialog dan musyawarah, dapat berperan dalam memastikan bahwa demokrasi di Indonesia berjalan dengan penuh hikmat. Dalam masa transisi dari Presiden Jokowi ke Presiden Prabowo, santri harus terus mendorong agar setiap keputusan politik diambil berdasarkan musyawarah yang adil dan bijaksana. Demokrasi Pancasila bukan sekadar sistem politik, tetapi juga wujud keyakinan bahwa setiap keputusan harus mencerminkan kehendak rakyat dengan mengutamakan kebijaksanaan.

 

Terakhir, sila kelima, “Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia”, menegaskan bahwa kemakmuran dan kesejahteraan harus dirasakan oleh semua lapisan masyarakat. Santri, yang mewakili kelompok yang dekat dengan masyarakat kecil, sangat peka terhadap isu keadilan sosial. Keadilan sosial tidak hanya tentang kesejahteraan materi, tetapi juga mencakup rasa keadilan dalam akses terhadap pendidikan, kesehatan, dan kesempatan yang setara. Dalam masa transisi ini, santri harus terus mendorong pemerintah untuk memastikan bahwa keadilan sosial menjadi prioritas utama dalam kebijakan-kebijakan yang diambil, agar semua rakyat Indonesia dapat merasakan manfaatnya.

 

Menyambung Juang Merengkuh Masa Depan

Santri-santri di Indonesia selayaknya tidak bisa lepas dari kelima sila Pancasila sebagai kompas yang membimbing dalam perjuangan tersebut. Transisi kepemimpinan dari Presiden Joko Widodo ke Presiden Prabowo Subianto adalah momentum penting untuk melanjutkan apa yang telah berjalan dengan baik, sambil membuka jalan untuk inovasi dan perbaikan yang lebih baik lagi. Pancasila, sebagai pedoman, tidak hanya menawarkan visi masa depan, tetapi juga menyediakan fondasi moral dan etika yang harus kita jaga.

 

Pierre Bourdieu, dengan konsep habitus, modal, dan ranah, mengajarkan kita bahwa praktik sosial tidak muncul begitu saja, tetapi dibentuk oleh kebiasaan, pengetahuan, dan modal yang dimiliki oleh individu maupun kelompok dalam ranah tertentu. Santri, dengan “habitus” keagamaan dan kebangsaan yang telah terbentuk sejak lama, memiliki modal intelektual dan spiritual yang kuat untuk menjaga kesinambungan nilai-nilai Pancasila. Dalam ranah sosial dan politik, santri dapat memainkan peran penting dalam menjaga agar transisi pemerintahan ini berjalan dengan baik, tanpa mengorbankan nilai-nilai kebangsaan.

 

Ketika kita berbicara tentang “menyambung juang,” itu berarti kita harus tetap berpegang pada nilai-nilai yang telah terbukti baik di masa lalu, sambil terus berinovasi untuk masa depan. Dalam konteks ini, peran santri sangat penting. Mereka adalah kelompok yang tidak hanya memegang teguh nilai-nilai agama, tetapi juga memahami pentingnya kebangsaan dan kemanusiaan. Habitus santri adalah habitus yang harmonis antara agama dan kebangsaan, dan ini harus terus mereka wariskan kepada generasi mendatang.

 

Di masa transisi ini, santri harus terus menjadi penjaga “habitus” Pancasila, memastikan bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam setiap sila tetap menjadi landasan dalam pengambilan keputusan. Persatuan Indonesia, kemanusiaan yang adil dan beradab, keadilan sosial, dan demokrasi yang berlandaskan hikmat kebijaksanaan, semuanya harus terus menjadi prioritas dalam praktik sosial kita. Santri, dengan modal intelektual dan spiritual mereka, memiliki tanggung jawab besar untuk menjaga agar nilai-nilai ini tetap hidup dan relevan di tengah perubahan zaman.

 

Pada akhirnya, Pancasila bukan hanya pedoman hidup, tetapi juga modal besar yang kita miliki sebagai bangsa. Santri, sebagai penjaga moral dan nilai-nilai keagamaan, adalah agen penting dalam memastikan bahwa Pancasila tetap menjadi fondasi kita dalam menyongsong masa depan. Santri harus terus menyambung juang, menjaga apa yang sudah baik, dan merengkuh masa depan dengan keyakinan bahwa Pancasila dapat digunakan sebagai kompasnya.***

iklan
Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Stars Rally to Beat Predators in Winter Classic at Cotton Bowl

Trending Now