Iklan

Tragedi Raja Midas: Peringatan bagi Pendidikan di Era Serba Digital

syamsul kurniawan
Wednesday, November 20, 2024
Last Updated 2024-12-08T12:07:18Z
Premium By Raushan Design With Shroff Templates

Oleh: Syamsul Kurniawan


Pagi ini, secangkir teh hangatku menjadi saksi bisu atas kegelisahan yang bergejolak dalam benak. Bagaimana tidak, di tengah derasnya arus transformasi teknologi, kita dihadapkan pada tantangan memilih "selera" pendidikan yang tepat - sebuah pilihan yang seolah sederhana, namun mengandung kompleksitas luar biasa.


Bagai tragedi Raja Midas, kemajuan teknologi yang kita nikmati hari ini menyimpan ancaman tersembunyi. Tatkala segala yang disentuh sang raja berubah menjadi emas, kita pun kini dihadapkan pada risiko kehilangan "rasa kemanusiaan" di balik kemudahan yang ditawarkan digitalisasi. Empati, kepedulian, dan ketulusan dapat terkikis, tergantikan oleh keangkuhan, keserakahan, serta individualisme yang menggerogoti sendi-sendi kehidupan.


Selera dalam pendidikan, layaknya pilihan antara teh atau kopi, mencerminkan preferensi kita sebagai masyarakat. Apa yang kita anggap penting dalam kurikulum - dari penekanan pada keterampilan teknis hingga penanaman nilai-nilai moral - adalah cermin dari harapan, ketakutan, dan kepentingan yang beragam. Di era digital yang kian mendominasi, pertanyaan mendasarnya adalah, selera siapakah yang sebenarnya diutamakan dalam pendidikan kita saat ini?


Bagaikan kisah tragedi Raja Midas, kemajuan teknologi yang kita nikmati juga menyimpan ancaman tersembunyi. Jika tidak diimbangi dengan karakter yang kuat, teknologi dapat menjadi bencana yang menghancurkan sendi-sendi kehidupan. Seperti raja Midas yang akhirnya menyesali kemampuannya, kemajuan teknologi juga dapat menjerumuskan kita ke dalam lubang kesengsaraan.


Pendidikan di era digital harus mampu menjembatani teknologi dengan kemanusiaan, bukan sekadar mencetak individu yang mahir dalam keterampilan digital. Kurikulum harus memuat kedalaman - ruang di mana peserta didik tidak hanya belajar menguasai teknologi, tetapi juga menemukan identitas dan tujuan hidup mereka. Hanya dengan begitu, mereka tidak hanya cerdas secara teknis, tetapi juga bijaksana dalam menjalani hidup.


Seperti Raja Midas yang akhirnya memohon agar kemampuannya dihilangkan, kita pun harus mampu mengendalikan hasrat untuk terus-menerus bergantung pada teknologi. Hanya dengan begitu, teknologi dapat menjadi sahabat yang setia, bukan monster yang mengancam kemanusiaan kita. Membangun karakter yang kuat menjadi kunci agar kemajuan teknologi tidak justru menghancurkan peradaban.


Integritas moral, kebijaksanaan, empati, tanggung jawab, dan kemampuan untuk tetap berpijak pada nilai-nilai luhur kemanusiaan harus menjadi fondasi dalam memanfaatkan kemajuan teknologi. Selera pendidikan di era digital seharusnya tidak dibentuk hanya untuk memenuhi tuntutan zaman, tetapi juga untuk mengakar pada nilai-nilai yang lebih abadi.


Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Abdul Mu'ti, dihadapkan pada tantangan besar untuk menciptakan kurikulum yang seimbang antara penguasaan teknologi dan pembentukan karakter yang tangguh. Dengan latar belakang keagamaannya yang kuat, Mu'ti diharapkan mampu menghadirkan pendidikan yang tidak hanya mementingkan kecakapan teknis, tetapi juga memuat nilai-nilai moral yang relevan.


Jangan biarkan tragedi Raja Midas terulang di zaman kita. Marilah kita bersama-sama menjadi "penakluk" teknologi yang bijak dan bertanggung jawab. Hanya dengan begitu, kemajuan teknologi yang kita nikmati dapat menjadi berkah, bukan bencana bagi peradaban. Selera pendidikan yang kita pilih hari ini akan menentukan masa depan generasi mendatang - apakah mereka hanya akan menjadi roda penggerak dalam mesin teknologi, ataukah mampu menjadi pribadi yang kuat dengan nilai-nilai kemanusiaan yang dalam.


Harapan kita adalah, selera pendidikan kita dapat melahirkan generasi yang lebih dari sekadar mahir teknologi, tetapi juga manusia yang memiliki kompas moral yang kuat - seperti layaknya kisah Raja Midas yang akhirnya memohon agar kemampuannya dihilangkan. Dalam pilihan selera ini, tersimpan masa depan bangsa yang akan kita wariskan.***

iklan
Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Stars Rally to Beat Predators in Winter Classic at Cotton Bowl

Trending Now