Iklan

Membangun Karakter Moderasi Beragama dalam Sistem Merdeka Belajar

syamsul kurniawan
Saturday, November 16, 2024
Last Updated 2025-01-27T12:59:18Z
Premium By Raushan Design With Shroff Templates

 

Oleh: Syamsul Kurniawan

 

Dalam dunia pendidikan, pengajaran tentang moderasi beragama memegang peran penting dalam membentuk generasi yang siap menghadapi keberagaman. Indonesia adalah negara yang kaya dengan pluralitas agama, budaya, dan adat-istiadat. Namun, di tengah kemajemukan ini, terdapat tantangan besar: bagaimana mengajarkan siswa untuk hidup dalam kerukunan dan saling menghargai? Di sinilah pentingnya pendidikan moderasi beragama yang harus diperkenalkan sejak dini, terutama dalam kerangka Merdeka Belajar.

 

Pendidikan yang efektif dalam konteks moderasi beragama tidak cukup hanya memberikan teori agama. Ia memerlukan pendekatan yang lebih komprehensif, salah satunya adalah penerapan kebiasaan-kebiasaan baik dalam kehidupan sehari-hari. Dalam bukunya Atomic Habits (2018), James Clear menjelaskan bahwa perubahan besar dimulai dari kebiasaan kecil. Dengan demikian, pembentukan karakter moderat dalam beragama pun bisa dilakukan dengan pendekatan serupa: melalui kebiasaan kecil yang konsisten. Sistem Merdeka Belajar, yang memungkinkan kurikulum lebih fleksibel dan berpusat pada siswa, membuka peluang besar untuk menanamkan nilai-nilai moderasi ini dalam kehidupan sehari-hari siswa.

 

Prinsip Mendidikkan Moderasi Beragama dalam Konteks Merdeka Belajar

 

Keputusan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor 56/M/2022 memberikan pedoman penerapan Kurikulum Merdeka yang berfokus pada pemulihan pembelajaran. Ada lima prinsip penting yang perlu diterapkan dalam mendidikkan karakter moderasi beragama di sekolah, yaitu:

 

Satu, Pembelajaran yang dirancang dengan mempertimbangkan tahap perkembangan siswa. Dalam konteks moderasi beragama, ini berarti bahwa guru harus memahami bahwa setiap siswa memiliki latar belakang yang berbeda-beda. Pemahaman ini akan membantu dalam menyusun strategi pengajaran yang relevan dan kontekstual.

 

Dua, Pembelajaran untuk membangun kapasitas sebagai pembelajar sepanjang hayat. Moderasi beragama tidak hanya diajarkan di kelas agama, tetapi juga harus dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan menanamkan kebiasaan baik sejak dini, seperti menghargai perbedaan dan menghindari ekstremisme, siswa akan tumbuh menjadi individu yang mampu hidup harmonis di tengah keberagaman.

 

Tiga, Proses pembelajaran yang mendukung perkembangan kompetensi dan karakter siswa secara holistik. Pendidikan moderasi beragama harus mencakup aspek kognitif, afektif, dan perilaku. Artinya, siswa tidak hanya belajar tentang teori agama yang moderat, tetapi juga menginternalisasinya dalam sikap dan tindakan sehari-hari.

 

Empat, Pembelajaran yang relevan dengan konteks, lingkungan, dan budaya siswa. Dalam konteks ini, pendidikan moderasi beragama harus disesuaikan dengan lingkungan sosial siswa. Siswa yang hidup di daerah yang plural harus diajarkan tentang pentingnya saling menghargai dan menghormati perbedaan.

 

Lima, Pembelajaran berorientasi pada masa depan yang berkelanjutan. Moderasi beragama adalah konsep yang sangat relevan dengan masa depan Indonesia. Sebagai negara dengan masyarakat yang sangat beragam, penting bagi kita untuk membekali generasi muda dengan sikap yang inklusif dan toleran, agar mereka bisa menjaga keutuhan bangsa di masa depan.***

iklan
Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Stars Rally to Beat Predators in Winter Classic at Cotton Bowl

Trending Now