Oleh: Syamsul Kurniawan
Toleransi antarumat beragama dan interagama
adalah konsep yang sangat penting dalam masyarakat Indonesia yang kaya akan
keragaman agama, budaya, dan suku. Sikap toleransi ini berperan besar dalam
menjaga keharmonisan sosial, mencegah konflik, dan membangun kebersamaan di
tengah perbedaan. Namun, untuk mencapai toleransi yang sejati, dibutuhkan
pendekatan yang holistik, yang melibatkan pemahaman terhadap agama dan budaya,
serta kesadaran bahwa perbedaan adalah hal yang wajar dan perlu dihargai. Dalam
konteks ini, pendidikan agama yang moderat, sikap akomodatif terhadap budaya
lokal, serta prinsip-prinsip yang diajarkan oleh agama, seperti yang dipaparkan
oleh Sachiko Murata dalam The Tao of Islam, menjadi kunci penting
dalam menumbuhkan sikap toleransi antar umat beragama.
Toleransi, menurut pengertian umum, adalah sikap
saling menghormati dan menerima perbedaan, baik itu dalam hal agama, budaya,
atau pandangan hidup. Dalam konteks agama, toleransi berarti kemampuan untuk
menghargai dan menerima keberagaman keyakinan yang ada di masyarakat, tanpa
adanya paksaan atau diskriminasi. Islam, seperti yang dijelaskan dalam The
Tao of Islam oleh Sachiko Murata, mengajarkan prinsip toleransi yang
mendalam, yang mengakui dan menghormati perbedaan, serta mengedepankan
perdamaian dan keselarasan antara sesama umat manusia. Hal ini sangat relevan
dalam konteks Indonesia, di mana keberagaman agama dan budaya menjadi bagian
integral dari kehidupan sehari-hari.
Moderasi Beragama untuk Menumbuhkan
Toleransi
Moderasi beragama adalah salah satu jalan utama
untuk menumbuhkan sikap toleransi dalam masyarakat yang pluralistik. Moderasi
beragama mengajarkan umat untuk menghindari sikap ekstrem atau fanatik yang
dapat memicu ketegangan antar agama dan budaya. Seperti yang telah disebutkan
dalam berbagai opini sebelumnya, pendidikan agama yang moderat memiliki peran
besar dalam menciptakan kedamaian. Pendidikan agama yang tidak memaksakan
kebenaran tertentu, tetapi memberikan ruang bagi perbedaan untuk berkembang dalam
kerangka nilai-nilai universal yang diajarkan oleh agama, sangat penting dalam
menciptakan sikap saling menghormati antar umat beragama.
Salah satu aspek penting dalam menumbuhkan
toleransi antar umat beragama adalah sikap akomodatif terhadap budaya lokal.
Islam, telah menunjukkan sikap yang akomodatif terhadap budaya lokal Indonesia,
dengan tidak menyingkirkan tradisi atau kebiasaan masyarakat setempat, tetapi
justru berusaha menyelaraskannya dengan ajaran agama. Dalam banyak kasus,
budaya lokal yang dihargai dan dipelihara, seperti dalam upacara perayaan
Maulid Nabi atau tradisi slametan, mengandung nilai-nilai kebersamaan,
gotong-royong, dan saling menghormati. Dengan mengakui dan merayakan
keberagaman budaya ini, kita membangun sikap toleransi yang mendalam terhadap
perbedaan.
Salah satu aspek utama dalam sikap toleransi
antarumat beragama adalah penghargaan terhadap perbedaan agama. Dalam
masyarakat yang majemuk, perbedaan agama sering kali menjadi sumber ketegangan.
Namun, dengan memahami dan menerima perbedaan tersebut, kita dapat menciptakan
perdamaian. Di sini, prinsip moderasi beragama yang mengajarkan untuk saling
menghormati dan menghargai ajaran agama lain menjadi sangat penting. Sachiko
Murata dalam The Tao of Islam menjelaskan bahwa agama harus dilihat
sebagai jalan hidup yang tidak mengancam satu sama lain, tetapi justru
memberikan kedamaian bagi umat manusia. Dengan begitu, agama menjadi sarana
untuk mempererat hubungan antar umat beragama, bukan untuk memecah belah.
Pendidikan Agama yang Inklusif dan Dialog
dalam Menumbuhkan Toleransi
Pendidikan agama yang inklusif memainkan peran
penting dalam menumbuhkan sikap toleransi antar umat beragama. Dengan
memberikan pemahaman yang luas tentang agama dan kebudayaan, siswa diajarkan
untuk tidak hanya mengenal agama mereka sendiri, tetapi juga menghormati
keyakinan orang lain. Pendidikan agama yang inklusif, seperti yang diajarkan
dalam banyak tradisi Islam di Indonesia, membuka ruang untuk pertemuan dan
dialog antar agama. Di sini, moderasi beragama berperan dalam menghindari sikap
eksklusif yang dapat mengarah pada diskriminasi atau kekerasan.
Kecuali itu, dialog antar agama adalah salah satu
cara terbaik untuk menumbuhkan sikap toleransi. Melalui dialog, kita bisa
saling memahami pandangan dan keyakinan orang lain, serta menemukan titik temu
untuk bekerja sama demi kebaikan bersama. Dalam konteks ini, agama Islam,
dengan ajaran yang moderat dan mengedepankan kedamaian, memiliki potensi besar
untuk menjadi mediator dalam dialog antar agama. Seperti yang diungkapkan oleh
Murata, Islam mengajarkan prinsip ukhuwah basyariyah, yaitu
persaudaraan antar umat manusia, yang menjadi dasar untuk membangun perdamaian
antar umat beragama.
Toleransi dalam Kehidupan Sehari-hari:
Praktik di Indonesia
Di Indonesia, praktik toleransi dalam kehidupan
sehari-hari sering kali terlihat dalam kehidupan masyarakat yang beragam agama
dan budaya. Tradisi gotong royong, saling membantu dalam berbagai upacara adat,
dan rasa kebersamaan dalam merayakan hari besar agama, seperti Idul Fitri,
Natal, dan Nyepi, menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia secara alami
mengamalkan sikap toleransi. Hal ini mencerminkan bahwa agama dan budaya,
meskipun memiliki perbedaan, bisa hidup berdampingan dalam harmoni. Pendidikan
agama yang moderat, yang menghargai budaya lokal, menjadi pilar utama dalam
memperkuat praktik toleransi ini.
Tantangan terbesar dalam menumbuhkan toleransi
antar umat beragama adalah adanya pandangan eksklusif yang memandang agama lain
sebagai ancaman. Sikap intoleran sering muncul karena kurangnya pemahaman yang
mendalam tentang agama lain dan budaya yang berbeda. Untuk itu, moderasi
beragama yang mengajarkan sikap terbuka, inklusif, dan saling menghormati
menjadi sangat penting. Dengan memahami ajaran agama secara menyeluruh dan
mengaplikasikan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari, kita dapat
mengatasi tantangan ini dan menciptakan masyarakat yang lebih toleran.
Pemimpin agama memiliki peran yang sangat penting
dalam menumbuhkan sikap toleransi. Sebagai figur yang dihormati oleh umat,
pemimpin agama dapat menjadi teladan dalam menunjukkan sikap saling menghormati
dan menghargai perbedaan. Dalam konteks Islam, pemimpin agama yang moderat dan
inklusif akan memberikan pengajaran yang menekankan pentingnya kedamaian,
saling menghormati, dan dialog antar agama. Murata, dalam The Tao of Islam,
juga menunjukkan bahwa pemimpin agama harus mampu mengakomodasi kebudayaan lokal
tanpa mengorbankan nilai-nilai agama yang fundamental.
Keberagaman budaya adalah salah satu aspek yang
memperkaya kehidupan masyarakat Indonesia. Namun, keberagaman ini juga harus
dihargai dan dijaga agar tidak menimbulkan konflik. Dalam hal ini, sikap
toleransi yang mengakomodasi kebudayaan lokal sangat penting. Seperti yang
diungkapkan dalam artikel NU, Islam sangat akomodatif terhadap budaya lokal,
dan dengan sikap ini, agama dapat membantu memperkuat kebersamaan antar umat
beragama. Memahami dan merayakan kebudayaan lokal sebagai bagian dari warisan
bersama adalah langkah penting untuk membangun sikap toleransi yang lebih baik.
Pemerintah memiliki peran penting dalam
menciptakan kebijakan yang mendukung toleransi antar umat beragama. Dengan
mengedepankan prinsip-prinsip kebhinekaan, pemerintah dapat mendorong
masyarakat untuk hidup berdampingan dalam keberagaman. Kebijakan yang mendukung
pendidikan agama yang moderat, penyelenggaraan dialog antar agama, serta
pelestarian kebudayaan lokal yang inklusif akan memperkuat rasa toleransi di
masyarakat. Toleransi yang dibangun melalui kebijakan ini akan menciptakan
masyarakat yang lebih damai dan harmonis.
Di masyarakat yang multikultural, ekspresi agama
sering kali menjadi sumber ketegangan. Namun, dengan pendekatan yang moderat,
ekspresi agama dapat diterima dan dihargai, bahkan ketika berbeda dari yang
biasa kita lakukan. Islam, dengan prinsip ukhuwah Islamiyah dan ukhuwah
basyariyah, mengajarkan pentingnya menghargai perbedaan ini. Melalui
praktik yang inklusif, agama tidak hanya dilihat sebagai identitas pribadi,
tetapi juga sebagai cara untuk memperkuat kerukunan antar umat beragama.
Selain itu, media juga memiliki peran besar dalam
membentuk opini publik dan mempromosikan sikap toleransi antar umat beragama.
Melalui pemberitaan yang objektif dan seimbang, media dapat membantu
memperkenalkan nilai-nilai toleransi dan saling menghormati. Dalam hal ini, media
dapat menjadi alat yang sangat efektif untuk mengedukasi masyarakat tentang
pentingnya hidup berdampingan dalam keberagaman. Toleransi yang dibangun
melalui media akan memperkuat hubungan antar umat beragama dan menciptakan
masyarakat yang lebih harmonis.
Prinsip Keadilan dalam Membangun
Toleransi
Toleransi antar umat beragama tidak hanya tentang
saling menghormati, tetapi juga tentang keadilan. Setiap agama dan budaya
berhak untuk dihargai dan diperlakukan secara adil. Prinsip keadilan ini
mengajarkan kita untuk menghargai hak-hak individu dalam beragama dan
berkebudayaan tanpa diskriminasi. Dengan menegakkan prinsip keadilan, kita
dapat menciptakan masyarakat yang lebih toleran dan damai, di mana setiap
individu merasa dihargai dan diterima.
Pendidikan agama harus mengajarkan sikap
toleransi yang tidak hanya terbatas pada penghormatan terhadap ajaran agama
lain, tetapi juga terhadap budaya dan tradisi yang berkembang di masyarakat.
Dengan pendidikan agama yang menekankan nilai-nilai toleransi, siswa akan
dibekali dengan pemahaman yang lebih luas tentang pentingnya hidup berdampingan
dalam keberagaman. Pendidikan agama yang inklusif dan moderat akan menjadi
landasan kuat untuk menciptakan sikap toleransi yang berkembang di masyarakat.
Sikap toleransi juga dapat dibangun melalui
pengalaman bersama dalam berbagai aktivitas sosial. Di Indonesia, banyak
kegiatan yang melibatkan umat beragama yang berbeda, seperti kegiatan sosial,
seni, dan budaya. Melalui pengalaman ini, masyarakat dapat belajar untuk saling
memahami dan menghargai. Ketika umat beragama bekerja bersama dalam berbagai
aktivitas ini, mereka tidak hanya memperkuat ikatan sosial, tetapi juga
membangun rasa saling menghormati dan toleransi.
Secara keseluruhan, menumbuhkan sikap toleransi
inter dan antarumat beragama adalah kunci untuk menciptakan perdamaian dalam
masyarakat yang multikultural seperti Indonesia. Dengan mengedepankan moderasi
beragama, mengakomodasi budaya lokal, serta menerapkan prinsip-prinsip agama
yang inklusif dan akomodatif, kita dapat memperkuat rasa toleransi. Pendidikan
agama, dialog antar agama, dan kebijakan yang mendukung kebhinekaan akan
menciptakan masyarakat yang lebih damai dan harmonis. Toleransi bukan hanya sekedar
menghormati perbedaan, tetapi juga merayakan keberagaman sebagai kekayaan yang
memperkaya hidup kita bersama.***