Komunikasi yang relasional dan edukatif dengan keluarga peserta didik
juga semestinya bisa dibangun. Sebagaimana dimafhumi, walaupun pendidikan
karakter di sekolah sangat diperlukan, namun demikian dasar dari pendidikan
karakter adalah keluarga. Jika seorang peserta didik di sekolah telah mendapat
pendidikan karakter (baca: religius) dengan memadai, mestinya kerja-kerja
fungsional sekolah untuk membangun karakter religius tidak jadi sulit.
Meskipun, harus pula disadari, banyak keluarga yang tidak kondusif dalam
membangun atmosfer pendidikan karakter di lingkungannya. Apalagi dalam konteks
religiusitas, yang seringkali abai, sebab keluarga yang lebih mementingkan
aspek kecerdasan otak ketimbang memperhalus hati dan budi pekerti.
Kaitannya dengan pendidikan karakter religius di sekolah, guru agama
perannya sangatlah penting. Untuk kebutuhan membangun karakter religius ini,
guru agama di sekolah dapat melakukan berbagai cara yang relevan untuk membangun
karakter religius peserta didik mereka. Sebagian besar guru agama masih
menggunakan metode ceramah, diskusi dan tanya jawab. Itupun tak masalah, selama
ketiga metode ini diikuti oleh pembiasaan dan keteladanan. Apapun metodenya,
mesti bisa relevan dengan kebutuhan membangun karakter religius dari peserta
didik, dan metode ini beririsan dengan proses belajar yang menyeluruh dan
berkesinambungan.
Kunci dari pendidikan karakter religius adalah adanya internalisasi nilai-nilai
religius pada peserta didik, sehingga ia mampu menghadapi segala tantangan
kehidupan di masa depan yang berhubungan dengan religiusitasnya. Nilai-nilai
yang dimaksudkan di sini adalah sesuatu hal yang positif dan dianggap baik
untuk dibiasakan dalam pikiran, hati dan tindakan yang menjadikan seseorang
dapat memilih dan berbuat kebajikan.
Membangun karakter religius di sekolah, walaupun utama, tapi jelas
bukan hanya tanggung jawab dari guru agama, melainkan menjadi tanggung jawab
seluruh warga sekolah, yang dilakukan secara menyeluruh dan berkesinambungan.
Namun demikian, ada beberapa pengkondisian penting yang bisa dilakukan terhadap
kebutuhan membangun karakter religius ini: satu, secara berkesinambungan perlu
dilakukan umpan balik tentang kinerja guru di kelas, terutama dalam mengembangkan
karakter religius menggunakan kerangka kerja yang jelas dan menyeluruh; dua,
mensosialisasikan berbagai cara yang efektif yang melibatkan warga sekolah
untuk bertumbuh dan berkembangnya karakter religius; tiga, perlu selalu ada
terobosan baru dengan tetap menjadikan guru sebagai idola/ model bagi peserta
didik berkaitan dengan kebutuhan mencari teladan dalam karakter religius di sekolah;
dan empat, guru-guru (terutama guru agama) selalu mencari variasi model-model
pembelajaran, dan selalu membiasakan adanya refleksi setelah materi pelajaran
diberikan yang bertujuan membagikan makna atau hikmah dari setiap materi
pelajaran yang diajarkan.***