![]() |
Ilustrasi (Sumber: https://www.haibunda.com/parenting/20220809152525-61-281172/sejarah-kemerdekaan-indonesia-siapakah-yang-menjahit-bendera-merah-putih) |
Dalam
sejarah perjuangan bangsa ini, peran perempuan sangatlah besar. Kaum perempuan
tidak saja ikut di garis depan menjadi pemimpin perjuangan memerdekakan bangsa,
tetapi juga berkiprah nyata di bidang pendidikan dan pemberdayaan perempuan untuk
mengisi kemerdekaan. Namun demikian, kesadaran kaum perempuan seputar hal ini jangan
sampai terkikis. Sebab, jika itu yang terjadi, masa depan bangsa ini dapat dipastikan
akan terseok-seok.
Presiden pertama Republik Indonesia, Ir. Soekarno dalam Suluh Indonesia Muda (1928) yakin sekali akan hal ini, dan menegaskannya dalam tulisannya tersebut: “
Di masa pembangunan saat ini, kaum
perempuan, diharapkan dapat berperan langsung dalam pembangunan. Dalam skala
mikro, peran perempuan jelas penting dalam konteks peningkatan kesejahteraan
keluarga. Dalam hal ini, tanggung jawab seputar ini, tidak lagi semata-mata
mengandalkan suami (sebagai pihak laki-laki). Kaum perempuan di masa emansipasi
ini, bisa berkiprah untuk melakukan aktifitas ekonomi, bekerja dengan
berwiraswasta, dan lain-lain untuk membantu menopang ekonomi keluarga. Bahkan kaum
perempuan sangat mungkin pula menjadi pekerja profesional maupun pengusaha yang
berhasil. Kaum perempuan juga bisa berkiprah sebagai politisi dan tampil
sebagai pemimpin di tengah-tengah masyarakat. Di ranah pendidikan, kaum
perempuan yang sudah mengenyam pendidikan yang layak dan mencukupi syarat professional
sebagai guru atau dosen, hendaknya bisa ikut serta dalam kerja-kerja
pencerdasan bangsa; memajukan dunia pendidikan.
Ketika
menjalankan perannya memajukan dunia pendiidkan, tentulah ia akan ditagih peran
fungsionalnya untuk mencetak peserta didik-peserta didik yang berwawasan luas
dan kaya akan pengalaman, menjadi motivator bagi peserta didiknya, dan menunjukkan
teladan pada peserta didiknya bahwa kaum perempuan bisa setara dalam kerja-kerja
pencerdasan. Dengan demikian dalam konteks kontribusinya di masyarakat, kaum
perempuan saat ini, terbuka lebar untuk ikut membangun, sebab zaman ini sudah
memungkinkan ia setara dengan laki-laki dalam hal apapun, kecuali yang
berkaitan dengan kodratnya sebagai perempuan.
Apalagi,
kesadaran emansipasi pada masa ini jelas jauh lebih baik dibandingkan puluhan
tahun silam, dan hal ini mestinya menjadi peluang bagi perempuan untuk
memaksimalkan perannya sebagaimana telah saya ungkap. Sebab, baik kaum
perempuan dan laki-laki, keduanya dibutuhkan bangsa ini untuk menjadi lebih
baik. Ir. Sukarno berkata, “Laki-laki dan perempuan adalah sebagai dua sayapnya
seekor burung. Jika dua sayap sama kuatnya, maka terbanglah burung itu sampai
ke puncak yang setinggi-tingginya; jika patah satu dari pada dua sayap itu,
maka tak dapatlah terbang burung itu sama sekali”.
Menyadari
peran perempuan yang tidak lagi kecil di masa pembangunan ini, kaum perempuan
harus sadar pentingnya meningkatkan kualitas dirinya sebagai pribadi yang
dinamis dan progresif, serta mampu menghadapi tantangan zaman ini yang kompleks
dan merubahnya sebagai peluang. Selamat Hari Ulang Tahun
Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke 78. Bangkitlah perempuan Indonesia!. Mari membangun bersama.
INDONESIA RAYA!.***